Sabtu, 02 Mei 2009

WASPADA FLU BABI


Belum juga lepas dari benak kita penyakit yang sempat menggemparkan negeri ini yaitu SARS dan flu burung, kini muncul penyakit ganas sejenis yang juga siap mengancam. Kalau dulu Flu burung atau yang dikenal dengan avian influenza, sekarang muncul flu babi, yang ganasnya tidak kalah.
Dimulai dari daratan Amerika Utara yaitu Mexico dan menyebar ke Texas (Amerika Serikat). Di Selandia Baru juga dilaporkan mulai berjangkit penyakit tersebut serta dibeberapa negara Eropa. Bahkan badan dunia WHO telah Meningkatkan kewaspadaan dari level III ke IV, dan mungkin juga sampai pada level pandemi jika memang nantinya persebaran penyakit tersebut nyaris tak terkendali.
Korban mulai berjatuhan, sampai tulisan ini diposting sudah lebih dari 150 orang tewas dari 2500 penderita. Di Gedung Putih pun sempat ada pejabat yang diyakini tertular flu babi karena mengalami gejala yang mirip dan kebetulan baru saja ditugaskan di Meksiko.
Merebaknya flu babi di sebagian belahan dunia bahkan tidak menutup kemungkinan Indonesia juga terjangkiti. Mungkin bagi negara-negara di Asia termasuk Indonesia ada suatu pengalaman dalam mengatasi penyakit tersebut. Karena negara-negara di Asia telah 'terlatih' dengan merebaknya beberapa virus sejenis yang terlebih dulu merebak.
Tapi bagi masyarakat awam penyakit tersebut tetap patut menjadi momok karena begitu cepat masa inkubasinya (3 – 5 hari) dan mematikan. Belum hilang dari benak masyarakat, begitu ganasnya penyakit tersebut. Digejalai demam tinggi, batuk, pilek., demam, suhu tunggi, mual, muntah dan menimbulkan diare. Jika penderita tidak tertangani dengan baik dan secepatnya dapat mengakibatkan kematian.

Pencegahan Penyakit
Untuk menghindari merebaknya penyakit tersebut juga mengantisipasinya, dapat dilakukan dengan memutus rantai penularan virus tersebut diantaranya dengan:
1.Pelaksanaan Biosekuriti pada ternak-ternak babi, dengan melakukan penyemprotan desinfektan berkala, vaksinasi terhadap ternak, karantina (kalau bisa dilakukan) terhadap ternak yang diyakini terinfeksi bahkan pemusnahan untuk ternak yang teridentifikasi flu babi.
2.Perlakuan khusus pada orang-orang yang berhubungan langsung dengan ternak babi, yaitu dengan masker, sarung tangan, menjaga kebersihan baik selama berhubungan dengan ternak juga setelahnya membersihkan diri dengan bahan-bahan antiseptik
3.Pengawasan terhadap pengangkutan ternak yang notabene sangat berpotensi terhadap penularan atau penyebaran penyakit. Pengawasan tersebut dilakukan pada hewan ternak, penumpang dari daerah wabah atau sentra-sentra ternak babi atau orang-orang yang terlibat langsung dalam pengangkutan ternak babi.
4.Pencegahan penularan dari manusia ke manusia (cluster), dengan menangani sampai tuntas terhadap para penderita flu babi. Diperkirakan penularan dari manusia ke manusia lebih cepat.
5.Diadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai bahaya flu babi kepada masyarakat secara umum. (V. Prio Bintoro)

Kesiapan Masyarakat
Mewabahnya SARS dan Flu Burung di Indonesia boleh dikatakan memberikan (sedikit) keuntungan, paling tidak bangsa Indonesia memiliki pengalaman dalam mengatasi flu burung. Sarana dan prasarana kesehatan yang telah dipersiapkan khusus untuk menghadapi bahaya flu burung dapat sewaktu-waktu diterapkan dan digunakan. Beberapa rumah sakit di Indonesia telah dipersiapkan sebagai sentra penanganan flu burung, berbagai media (cetak dan elektronik) telah menyiarkan penanganan penyakit tersebut.
Dan yang umum, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengkonsumsi babi, tetapi itu belum menjamin, paling tidak mengurangi resiko penyebaran.