Senin, 10 Agustus 2009

TINDAKAN NOORDIN M. TOP: Pelajaran Berharga

Berita penggerebekan Noordin M Top cukup menyita perhatian semua pihak. Dipasar orang-orang tak lepas dari pembicaraan NMT (disingkat gitu aja ah..), di kantor-kantor, di sekolah, bahkan juga ibu-ibu yang lagi duduk-duduk sambil cari kutu.
Memang banyak yang memandang miring orang-orang yang mau mengikuti ajakan NMT. Tidak sedikit orang yang menyumpahi tindakan para pengikut NMT. Menyayangkan aktifitas mereka yang dipandang sebagai tindakan brutal, tidak berperikemanusiaan dan tuding buruk lainnya.
Tidak jarang juga orang yang memberikan simpati pada mereka, bahkan penghormatan atas keberanian maju menjadi martir. Adapula yang memanjatkan doa, atas apa yang dilakukan mereka memperoleh ridha-Nya dan membuka mata hati dunia.
Memang kalau sangat kontras kedua pihak yang digambarkan diatas..tapi memang begitu adanya.
Mereka masing-masing punya alasan mengapa keluar tanggapan seperti itu.
Yang memandang miring, mereka memandang dari segi nilai-nilai kemanusiaan, humanisme, atau universalisme. Tindakan brutal yang memakan korban sembarangan. Orang yang tidak tahu apa-apa ikut menjadi korban. Pemboman di JW Marriot dan Ritz Charlton baru-baru ini, bahkan ada yang menjadi korban dua kali (karena pemboman yang terdahulu korban juga bekerja disitu..)
Yang simpati, mereka mendasarkan pada keadaan Negeri ini yang sudah demikian jahil-nya. Korupsi menjalar kemana-mana bagai penyakit kanker pada stadium akhir. Kapitalisme barat yang sudah menjerat sedemikian kuat bangsa ini, sehingga tidak bisa berbuat banyak bahkan tidak punya kewibawaan dimuka bumi. Menjadi layak jika kemudian muncul gerakan radikal yang mencoba memberikan perlawanan terhadap keadaan.
Apapun tanggapan yang muncul dari setiap warga yang jelas kejadian-kejadian serangan bom bunuh diri yang terjadi merupakan pelajaran bagi bangsa ini. Dapatkan bangsa ini sembuh dari penyakit Kanker (korup) stadium akhir. Mampukah bangsa ini lepas dari jeratan Kapitalisme Barat, sehingga memiliki kewibawaan. Sehingga Negara ini dapat memakmurkan rakyatnya yang nantinya tidak akan ada (atau paling tidak, tidak ada lagi hal yang memancing) keinginan untuk melakukan perlawanan?