Rabu, 30 September 2009

GEMPA SUMATERA:Bumi Memang Sudah Tua

Sambil mempersiapkan alat cukur, Warto 'sang jagal rambut' berkomentar, "Gempa lagi pak, tuh di Sumatera ratusan rumah rusak".
"Wah.., padahal baru saja kemarin kita merasakan beberapa kali gempa yang lumayan ya mas", sambil meletakkan pantatnya di kursi potong rambut. Dibyo memang senengnya cukur di pasar malam hari, biar bisa nyantai juga adem.
"Dah mau kiamat pa ya pak?" Warto mulai menyalakan alat cukur elektriknya dan mbabat rambut Dibyo."Sering ada gempa, tsunami, tanah longsor...laah bencana macem-macem."
"Mungkin juga, mas..." kepala Dibyo mengikuti instruksi Warto. "Bumi ini memang sudah tua mas."
"Kita ini yang harus siap-siap mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi," tambah Dibyo yang lagi kumat sok pinternya."Yang namanya bencana mang gak kira-kira".
"Bisa saja to, saya lagi cukur gini trus kurugan beton...hehehe..na'udzu billah..hehehe.."
Warto manggut-manggut sambil memainkan alat cukurnya serta sisir.
"Memang ya...mungkin juga itu peringatan bagi kita supaya ingat hari akhir, inget sama yang Maha Kuasa." Warto mencoba mengaitkan dengan kehendak Tuhan. "Orang dah banyak yang lupa dengan Yang Kuasa."
"Yang punya kekuatan dipakai buat nindes yang lemah, yang punya kepinteran minteri yang bodho." Warto nambah komentar, "Nah..., alam juga jadi korban keserakahan manusia sendiri".
"Ya..begitu mas...kelihatannya mereka begitu dekat dengan jalan-jalan Tuhan, tapi nyatanya mereka hanya memanfaatkan kepercayaan orang lain." Sambil memperhatikan gaya rambut yang sedang digarap Warto,"Banyak loh, orang-orang bertitel agama, tapi kurang melaksanakan aturanNya".
"Hehehe...justru karena merasa dekat dengan Tuhan, mereka lebih mudah untuk meminta maaf kepada Tuhan..hehehe." Warto terkekeh-kekeh oleh omongannya sendiri.
"Godhek sama kumis jenggot dikerok, pak?" lanjut Warto, merasa bertanggung jawab terhadap garapannya.
"Iya dong...malu saingan sama Thukul kumisnya, jenggot sekalian ya..."
"Moga mereka yang jadi korban diberi kekuatan, ketabahan dan bisa membangkitkan diri dari musibah itu mas." Dibyo melanjutkan diskusinya."Coba kalau kena saya, ndak tahu gimana perasaan ini."
"Iya...mereka kehilangan harta benda bahkan mungkin keluarga" Warto mulai melepas kain penutup badan, setelah membersihkan sisa-sisa cukuran di bagian leher dan tengkuk. "Tinggal yang selamat, jauh dari bencana dan punya kemampuan lebih membantu mereka."
"Berapa, mas..?" Dibyo berdiri dari kursi serta mengambil dompet di saku.
"Limaribu saja..."
"Makasih ya mas." satu lembar potret Imam Bonjol diserahkan ke Warto.
"Sama-sama pak.."

ENERGI NUKLIR IRAN: Ketakutan Barat terhadap Kekuatan Baru di Timur Tengah


Negara-negara Barat sedang mengalami kegusaran. Mereka mulai kuatir akan bangunnya raksasa di Timur-Tengah yang telah pulih dari sakitnya. Raksasa itu sedang berbenah diri, meningkatkan staminanya.
Raksasa itu adalah Republik Islam Iran, yang mulai bangkit sejak Revolusi Islam Iran. Sejak penggulingan rezim monarki Syah Reza Pahlevi, tiga puluh tahun silam, Iran berhasil membangun kembali negaranya dalam berbagai sendi.
Tetapi kemampuan bangkitnya Republik Islam Iran, agaknya membuat negara-negara BArat kuatir (mungkin lebih tepat: takut). Ketakutan negara-negara Barat, terutama Amerika, dikarenakan Iran bukan lagi pihak yang mau berjalan beriringan dengan mereka. Bahkan Iran yang sekarang adalah negara yang tidak lagi mau begitu saja menuruti kepentingan-kepentingan Amerika.


Amerika Serikat dan negara-negara Barat sangat berkepentingan dengan minyak yang ada di Timur-Tengah. Iran salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Bahkan Iran juga merupakan negara yang memiliki pengaruh besar di Timur-Tengah.
Kini Iran mampu membangun dan memanfaatkan teknologi nuklir. Walaupun berdalih untuk manfaat damai sebagai sumber energi listrik, tapi Amerika dan negara-negara barat tetap kuatir terhadap penggunaan nuklir Iran. Terlebih lagi Iran begitu gencar mempropagandakan anti-Israel. Bahkan Iran sering dituding sebagai negara penyokong terorisme dan pendukung gerakan anti Amerika dan anti Israel.
Di tengah kegelisahan barat terhadap Teheran, Iran beberapa kali sukses melakukan manuver rudal balistik. Tidak tanggung-tanggung rudal-rudal yang diuji adalah rudal-rudal yang memiliki jarak jangkauan yang tangguh. Tidak hanya mampu menghantam Israel dan pangkalan Amerika Serikat di Timur Tengah, bahkan mampu mencapai kawasan Eropa selatan.
Andaikan Iran yang sedang tumbuh semakin maju menjadi kekuatan baru di TimurTengah masih dibawah Rezim Syah, mungkin Amerika Serikat dan Barat tidak akan menanggapi hal tersebut secara berbeda.


Begitu juga dalam penguasaan nuklir, mungkin justru Iran akan akan mendapatkan dukungan dalam pengembangannya, seperti terhadap Israel yang merupakan penjamin kemakmuran Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Semua negara berhak mengelola nuklir jika mampu dan digunakan secara damai dan bijak. Seperti kata Presiden Suriah Bashar al-Assad, "Semua negara mempunyai hak mengembangkan energi nuklir untuk maksud damai dan hak demikian dijamin dalam perjanjian dan konvensi-konvensi internasional".
Tapi memang begitu, Amerika dan negara-negara Barat tidak akan rela jika ada negara sekelas Iran mengusai nuklir bahkan tumbuh menjadi negara yang kuat.