Rabu, 30 September 2009
ENERGI NUKLIR IRAN: Ketakutan Barat terhadap Kekuatan Baru di Timur Tengah
Negara-negara Barat sedang mengalami kegusaran. Mereka mulai kuatir akan bangunnya raksasa di Timur-Tengah yang telah pulih dari sakitnya. Raksasa itu sedang berbenah diri, meningkatkan staminanya.
Raksasa itu adalah Republik Islam Iran, yang mulai bangkit sejak Revolusi Islam Iran. Sejak penggulingan rezim monarki Syah Reza Pahlevi, tiga puluh tahun silam, Iran berhasil membangun kembali negaranya dalam berbagai sendi.
Tetapi kemampuan bangkitnya Republik Islam Iran, agaknya membuat negara-negara BArat kuatir (mungkin lebih tepat: takut). Ketakutan negara-negara Barat, terutama Amerika, dikarenakan Iran bukan lagi pihak yang mau berjalan beriringan dengan mereka. Bahkan Iran yang sekarang adalah negara yang tidak lagi mau begitu saja menuruti kepentingan-kepentingan Amerika.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat sangat berkepentingan dengan minyak yang ada di Timur-Tengah. Iran salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Bahkan Iran juga merupakan negara yang memiliki pengaruh besar di Timur-Tengah.
Kini Iran mampu membangun dan memanfaatkan teknologi nuklir. Walaupun berdalih untuk manfaat damai sebagai sumber energi listrik, tapi Amerika dan negara-negara barat tetap kuatir terhadap penggunaan nuklir Iran. Terlebih lagi Iran begitu gencar mempropagandakan anti-Israel. Bahkan Iran sering dituding sebagai negara penyokong terorisme dan pendukung gerakan anti Amerika dan anti Israel.
Di tengah kegelisahan barat terhadap Teheran, Iran beberapa kali sukses melakukan manuver rudal balistik. Tidak tanggung-tanggung rudal-rudal yang diuji adalah rudal-rudal yang memiliki jarak jangkauan yang tangguh. Tidak hanya mampu menghantam Israel dan pangkalan Amerika Serikat di Timur Tengah, bahkan mampu mencapai kawasan Eropa selatan.
Andaikan Iran yang sedang tumbuh semakin maju menjadi kekuatan baru di TimurTengah masih dibawah Rezim Syah, mungkin Amerika Serikat dan Barat tidak akan menanggapi hal tersebut secara berbeda.
Begitu juga dalam penguasaan nuklir, mungkin justru Iran akan akan mendapatkan dukungan dalam pengembangannya, seperti terhadap Israel yang merupakan penjamin kemakmuran Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Semua negara berhak mengelola nuklir jika mampu dan digunakan secara damai dan bijak. Seperti kata Presiden Suriah Bashar al-Assad, "Semua negara mempunyai hak mengembangkan energi nuklir untuk maksud damai dan hak demikian dijamin dalam perjanjian dan konvensi-konvensi internasional".
Tapi memang begitu, Amerika dan negara-negara Barat tidak akan rela jika ada negara sekelas Iran mengusai nuklir bahkan tumbuh menjadi negara yang kuat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar